KERINCI, JAMBI - Nihilnya prestasi kafilah Kabupaten Kerinci pada ajang MTQ tingkat Provinsi Jambi ke-50 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat beberapa waktu lalu, masih menjadi buah bibir publik. Usut punya usut, ternyata kesiapan dan dukungan terhadap kafilah cukup miris.
Kabag Kesra Pemkab Kerinci, Khalidi, ditemui awak media, menerangkan pada MTQ tingkat Provinsi Jambi kemarin, Kerinci hanya mengutus 27 kafilah. Kafilah tersebut untuk tampil pada cabang dan golongan individu bukan kelompok.
"Dari 27 orang, 1 diantaranya positif Covid-19, jadi yang tampil hanya 26 orang. Sedangkan kalau kita ingin kirim untuk seluruh cabang dan golongan yang dilombakan, itu ada 74 golongan termasuk grup seperti Barzanji, " ungkapnya.
Dari jumlah tersebut, kata dia, tidak hanya kafilah yang diberangkatkan. Akan tetapi juga ada pendamping kafilah yang tuna netra, pelatih, tim official, petugas medis dan sopir, dengan total keseluruhan 53 orang.
"Biaya untuk 53 orang selama di lokasi sebesar Rp 235 juta, untuk 10 hari. Boleh kita katakan, memang anggaran kita sangat minim, silahkan dihitung. Itu kalau rata-rata cuma Rp 400 ribuan per orang untuk 10 hari di sana, " ungkapnya.
Dijelaskannya, anggaran untuk menghadapi MTQ tahun ini hanya Rp 325 juta. Kecilnya jumlah tersebut lantaran adanya refocusing anggaran untuk penanganan Covid. Semula anggaran yang diajukan Rp 700 juta.
"Dari Rp 325 juta, sebelum berangkat kita mengadakan kegiatan seleksi dan technical meeting (TC) dengan biaya Rp 90 juta, dan tersisa Rp 235 juta untuk biaya selama MTQ, untuk biaya penginapan, transportasi, pakaian, dan makan, " ungkapnya.
Ditanya bagaimana pembinaan kafilah selama ini ? Dia mengaku untuk pembinaan secara berkala, memang belum ada dilaksanakan. Persiapan menuju MTQ hanya pada TC selama 3 hari dan 3 malam.
"Penentuan kafilah berdasarkan putusan tim seleksi, peserta diambil dari hasil MTQ tingkat Kabupaten Kerinci tahun 2019 lalu, karena tahun 2020 kita tidak melaksanakan MTQ, " ungkapnya.
Oleh sebab itu, dengan kesiapan tersebut dan hasil yang diperoleh, tetap menjadi bahan evaluasi untuk masa mendatang. Baik disisi anggaran maupun dalam menyiapkan kafilah.
"Kita sudah berupaya memaksimlakan persiapan dengan anggaran yang ada. Jika mencontoh kafilah daerah lain, kesiapan mereka sangat matang, TC saja sampai 8 kali, bahkan beberapa kafilah memang dikirim ke pesanrtren di Jawa untuk mengikuti pelatihan cabang-cabang yang dilombakan, " ungkapnya.(red)